Sunday, April 18, 2021

Jakarta apakah masih akan ada setelah ibukota di pindah?

 


mengenai rencana akhir2 ini untuk memindahkan Ibukota ke Kalimantan Timur, sah-sah saja dan mungkin akan mengurangi beban dari Jakarta. Pertanyaan selanjutnya adalah: Bagaimana nasib Jakarta setelah ibukota pindah dari Jakarta.

Pertanyaan awal adalah : kenapa ada JAKARTA ?
Jakarta muncul karena pada waktu itu Belanda ingin menghancurkan kekuatan kerajaan Banten yang mempunyai pelabuhan internasional yang sudah sangat ramai di tepian selat sunda. Kerajaan Banten dihancurkan Belanda, karena dianggap terlalu melayani kebutuhan pedagang-pedagang dari Inggris dan negara-negara lain. 
Belanda membentuk Jakarta agar dapat mengontrol pusat perdagangan pintu masuk kapal-kapal dari eropa ke timur jauh



peta ini menunjukkan bagaimana dulunya selata sunda merupakan jalur lintasan pelayaran yang sangat ramai kedua setelah jalur perdagangan melewati goa dan malaka. 

pada abad modern, setelah adanya terusan Suez, maka jalur lintasan perdagangan dunia berubah ke arah lintasan Goa, selat malaka, singapore. hal ini menyebabkan jalur lintasan perdagangan yang melewati selat sunda menjadi jalur perdagangan yang sepi, karena kapal-kapal eropa dan china melintasi jalur yang paling dekat yakni lewat selat malaka. 
hal ini menyebabkan singapore tumbuh menjadi kota yang sangat maju di dunia karena mendapatkan income dari perlintasan kapal-kapal internasional yang singgah dan melintas. 

kapal-kapal yang melintasi selat malaka adalah 130 ribu per tahun, sedangkan selat sunda adalah 70 ribu kapal pertahun. hal ini karena adanya terusan suez yang menghubungkan eropa dan china melalu jalur pelayaran mesir-india-singapore, akan tetapi nantinya ini akan berubah dengan mulai berubahnya negara-negara afrika.



di tahun 2021 ini , dunia sudah menyaksikan bagaimana negara-negara banyak di masuki industri-industri dari china, selain negara-negara yang sudah berkembang seperti indonesia, vietnam, kamboja. China juga menanamkan cakar di negara-negara afrika. 


industri china di afrika ini akan menyebabkan kelak negara-negara afrika maju dalam hal perindustrian dana membutuhkan pasokan dan mensupply barang-barang ke China, satu-satunya jalur yang sangat dekat adalah menggunakan jalur lintasan selat sunda. oleh karena itu suatu saat, Afrika akan menjadi jalur lintasan baru dunia dan selat sunda akan menjadi sangat ramai karena dunia akan mulai pindah gravitasi, dari negara barat ke negara asia. oleh karena itu, Jakarta dan kota-kota yang akan dilintasi kapal-kapal afrika-china ini akan menjadi backbone dan akan selalu survive sebagai kota-kota pendukung perdagangan di Asia. Jakarta akan menjadi kota dagang seperti New York dan Hongkong, Jakarta tidak akan mati karena perpindahan Ibukota, bahkan Jakarta akan menjadi pusat Asia dimana kelak gravitasi pusat dunia pindah dari negara-negara barat ke negara-negara asia, kalau ini terjadi maka pusat asia bukan di singapore atau hongkong, akan tetapi Jakarta dan di afrika adalah tanjung harapan. 






















Saturday, May 26, 2012

MUTIARANI DAN NOVI - MASA DEPAN BANGSA

Sungguh sangat terharu dan membanggakan mendengar dua nama yang merupakan nomor satu dan nomor dua peraih UN tertinggi tahun ini. Mutiarani adalah anak seorang pembantu rumah tangga, sedangkan Novi adalah anak seorang penjaga toko sepatu. Sungguh sangat mengharukan. 
Bagaimana tidak, ditengah hiruk pikuk dunia politik yang saling salah menyalahkan karena rebutan uang korupsi tidak ada yang mengakui dan juga praktek dinasti kekuasaan yang merajalela, rasanya disiram dengan air es yang sejuk mendengar berita ini. 
Melihat kesederhaan Novi Wulandari, siswi SMA 2 Lamongan yang merupakan anak seorang penjaga toko, sangat tersentuh hati ini untuk membantu seorang anak bangsa yang mempunyai potensi sangat tinggi. 
Menteri M. Nuh dari Jerman langsung berbicara dengan Novi dan menjanjikan bantuan pemerintah untuk Novi dapat meneruskan pendidikan dan suatu hari nanti mewujudkan cita-citanya untuk sekolah ke luar negeri. 
Inilah harapan dan masa depan bangsa ini, M. Nuh mengungkapkan kalimat yang sangat baik sekali yaitu "keadaan ekonomi keluarga boleh terbatas, akan tetapi keinginan dan cita-cita tidak boleh terbatas"
Kalimat ini lah yang merupakan modal awal bangsa ini untuk menjadi bangsa yang maju dan dihormati di dunia ini. 
Bangsa maju manapun di dunia ini melakukan investasi yang sangat mahal di dunia pendidikan. anak-anak dari dunia yang maju ini dapat belajar dan mengembangkan kemampuan mereka dengan segala fasilitas yang diberikan oleh pemerintahnya, seperti di singapore yang mempunyai fasilitas luar biasa untuk anak mengembangkan bakatnya. banyak orang Indonesia yang mempunyai uang banyak menyekolahkan anak-anaknya di singapore untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. 
Akan tetapi perbedaan sangat mendasar adalah di singapore segalanya merupakan fasilitas yang diberikan, ironisnya pendidikan kelas dunia di singapore sebagian dibiayai oleh orang-orang kaya indonesia yang menyekolahkan anaknya disana, yang membuat menangis hati ini adalah orang-orang kaya indonesia atas nama investasi dagang, menyumbangkan uang yang tidak sedikit kepada sekolah-sekolah di singapore, agar nama mereka dicatat sebagai benefactor. Demikian juga sekolah di amerika di donori oleh konglomerat indonesia agar namanya dijadikan monumen di sekolah bergengsi tersebut. 
Seorang novi adalah mutiara, ia tidak terpengaruh dengan segala keterbatasan dalam mewujudkan mimpinya. benar kata M. Nuh, cita-cita harus setinggi langit, dan itu lah yang terjadi dengan Novi. Cita-citanya mengalahkan segala keadaan yang jauh dari fasilitas pemerintah bahkan tidak ditoleh sama sekali, bahkan tidak terpikirkan sama sekali oleh konglomerat penyumbang sekolah di singapore tersebut.
Sistem pendidikan di Indonesia jauh dari sempurna, ditinjau dari kacamata barat, akan tetapi pendidikan bukan sekedar ilmu pasti. Pendidikan adalah juga pembentukan karakter dari seseorang, Indonesia kaya akan hal itu. Indonesia dengan segala keterbatasannya menyimpan sumber daya manusia yang sangat maju di dunia. akan tetapi sayang banyak dari mereka terjebak dalam sistem yang amburadul. 
Semua ini akan berubah dalam waktu mendatang, seorang Novi dan Mutiarani akan mampu merubah itu semua dengan merubah paradigma berpikir masyarakat yang katanya modern, bahwa segala sesuatu dapat di bayar dengan uang. Nyata sekali uang bukan lah modal utama seseorang untuk maju, akan tetapi CITA-CITA. 
Bangsa ini lahir dengan kemerdekaan karena cita-cita yang tinggi dari bapak bangsa. dan cita-cita itu yang akan merubah nasib bangsa yang terjebak dalam blunder ke amburadulan politik sekarang ini. 
ibarat tawas di tengah air yang keruh. kekuatan dan energi dari novi dan mutiarani akan merubah lautan yang keruh dan gelap menjadi terang benderang putih dan murni. Insya Allah!....

Saturday, May 5, 2012

technology vs commodity



Indonesia is now becoming one of the strongest emerging country in the world. It will join BRIC : Brazil, Russia, India and China as the new emerging economy country.
How Indonesia going to be the best amongst the best economy in the world? by being the top performer in economy that based on technology rather than commodity.

Indonesia now sells its coal and gas to other countries such as India and China, who are becoming industrialized country, meaning they no longer holding to their commodity to live.

industry needs commodity, for sure. what happen in Indonesia is that it sells commodity, but never have the strength and confidence to proccess raw commodities to become high tech product.

It is not that Indonesia doesn't know how to produce high tech products, but it is just too easy to sell commodity rather than fabricate things.

Actually, a number of factories from other countries have started their production in Indonesia, due to lacking of indonesian experts in related fields, they hire foreign nationals who paid more than local workers. 


These foreign nationals is  a prove of presence of international taste especially in Jakarta. Restaurants and shops present to cater the needs of foreigners. Some shops that in the old times would never thought of opening branch in Jakarta, now they race to get their bussiness running. 

So. the question is, are we as Indonesian, going to be just servers of the needs of global players in indonesia, or are we going to be the one who also can be global player?

Looking from the human development and characters of indonesian. we can be leading force in the world. we can be anything that we wanted, regardless where we came from. 

indonesian character who is deep down really humble, has been manipulated over and over again during occupation. Portuguesse, Dutch, English, and Japanese have occupied Indonesia and made local people lost their confidence in doing something.

INDONESIA IS THE SOURCE OF WORLD'S FOOD SUPPLIES

Living abroad a few times, makes me realizes the power of Indonesia's strategic position as the centre of world's food supplier.

A lot of food such as vegetables and fruit coming from Indonesia, such as bananas, durian, rambutan, pineapple. Tropical foods that would not growing in any other countries.

Indonesia's fruit export to singapore exceeded 36,500 tonnes each year. this is only to singapore as a big player in importing agriculture.

In the US, every morning people would wake up and eat cereal made from wheat that is cropped in the US. But the latest trend, they would like their breakfast coming with bananas, which is tropical fruit that is not grow in the US soil.

Where they get this bananas? they import them from Brazil, while the portuguesse brought the seeds in 15-16 th century from southeast asia, indonesia included to latin america. then banana got cultivated and created new variety called cavendish, which now is sold in every supermarket in the world, including in Indonesia.

Sunday, April 29, 2012

catatan Dahlan Iskan

Empat Putera Petir untuk Prof. Widjajono

Senin, 23 April 2012


Saya terkesan dengan logika berpikir Prof Widjajono Partowidagdo, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru saja meninggal dunia di pendakiannya ke Gunung Tambora Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (21/4), yakni: kurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Kalau sudah tahu bahwa produksi minyak kita terus menurun, kemampuan kita membangun kilang juga terbatas dan pertambahan kendaraan tidak bisa dicegah, mengapa kita terus mempertahankan pemakaian BBM?
Almarhum sering sekali mengajak saya berbicara soal itu. Almarhum merasa perdebatan soal BBM yang riuh-rendah selama ini sangat tidak mendasar. Tidak menyelesaikan akar persoalan. Hanya menimbulkan huru-hara politik. Saya sangat setuju dengan konsep almarhum untuk semakin beralih ke gas. Hanya saja memang diperlukan upaya yang ekstra keras untuk mengalihkan kebiasaan menggunakan BBM ke bahan bakar gas (BBG).
Almarhum juga sangat setuju mobil listrik nasional diperjuangkan. Bahkan, almarhum mengatakan BBM harus dikeroyok ramai-ramai dari segala jurusan. Terutama dari jurusan gas dan dari jurusan listrik. Tanpa usaha yang keras dari dua jurusan itu akan terus timbul kesan di masyarakat bahwa pemerintah, khususnya Pertamina, sengaja lebih menyukai impor BBM.
Pertamina dikesankan lebih senang impor BBM karena bisa menjadi obyek korupsi dan kolusi. Istilah mafia impor BBM begitu gencarnya ditudingkan –entah seperti apa wujud mafia itu. Seserius-serius Pertamina berupaya memberantas korupsi, tuduhan itu akan terus berlangsung. Apalagi, kenyataannya, impor BBM-nya memang terus meningkat
Tidak mungkinkah kita berhenti impor BBM? Tentu saja bisa. Tapi syaratnya berat sekali: kita harus memiliki kilang yang cukup. Minyak mentah itu baru bisa jadi BBM kalau sudah diolah di kilang. Kebutuhan BBM kita sekarang ini sekitar 50 juta kiloliter/tahun. Sedang kilang kita sendiri hanya bisa memproduksi BBM kurang dari separonya.
Kalau kita menghendaki tidak mau impor BBM lagi, kita harus membangun kilang baru sebanyak dan sebesar yang telah ada sekarang. Saat ini kita punya tujuh kilang minyak: Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Kasim, dan Balongan. Total kapasitas produksi BBM-nya kurang dari 25 juta kiloliter/tahun.
Di sinilah pokok persoalannya. Mampukah kita membangun sekaligus kilang-kilang baru sebanyak kekurangannya itu?
Sejak 15 tahun lalu, kita memang tidak pernah punya kemampuan membangun kilang baru. Kilang terbaru kita umurnya sudah 18 tahun. Yakni kilang Balongan, Jabar, yang dibangun oleh Presiden Soeharto di tahun 1994. Presiden-presiden berikutnya tidak sempat memikirkan pembangunan kilang baru. Padahal, jumlah kendaraan terus bertambah. Akibatnya impor BBM tidak bisa dihindarkan. Bahkan terus meningkat.
Baru tahun lalu Presiden SBY memutuskan membangun kilang tambahan di Cilacap. Tahun ini Presiden SBY juga sudah memutuskan membangun dua kilang lagi. Tapi, Pertamina tidak mungkin membiayai pembangunan kilang-kilang itu sendirian. Sebuah kilang dengan kapasitas 300.000 barel, memerlukan biaya investasi sampai Rp 70 triliun. Bayangkan kalau harus membangun tiga kilang sekaligus.
Pertamina harus menggandeng investor. Mencari investor pun tidak mudah. Di samping biayanya sangat besar, masih ada kesulitan lain: sebuah kilang, baru bisa dibangun manakala sudah diketahui jenis minyak mentah seperti apa yang akan diproses di situ. Beda jenis minyak mentahnya beda pula desain teknologinya.
Para pemilik minyak mentah tahu posisi strategisnya itu. Mereka bisa mendikte banyak hal: mendikte harga dan mendikte pasokan. Investor kilang yang ingin masuk ke Indonesia, misalnya, meminta berbagai syarat yang luar biasa beratnya: tanahnya seluas 600 ha harus gratis, pemerintah harus menjamin macam-macam, dan pajaknya minta dibebaskan dalam masa yang sangat panjang.
Kalau dalam masa pemerintahan Presiden SBY ini berhasil membangun tiga proyek kilang sekaligus, tentu ini sebuah warisan yang sangat berharga. Saya sebut warisan karena bukan Presiden SBY yang akan menikmati hasilnya, tapi pemerintahan-pemerintahan berikutnya.
Dari gambaran itu, jelaslah bahwa sampai lima tahun ke depan impor BBM kita masih akan terus meningkat. Kecuali ide almarhum soal konversi ke gas itu berhasil dilakukan dan mobil listrik nasional berhasil dimassalkan. Kilang-kilang baru itu, seandainya pun berhasil dibangun, baru akan menghasilkan BBM di tahun 2018.
Kita tahu persis apa yang terjadi dalam lima tahun ke depan. Saat kilang-kilang itu nanti mulai berproduksi kebutuhan BBM sudah naik lagi entah berapa puluh juta kiloliter lagi. Berarti, impor lagi. Impor lagi.
Di sinilah Prof Widjajono geram. Kenaikan harga BBM, menurut beliau, seharusnya juga dilihat dari aspek pengendalian impor ini. Yang tidak menyetujui kenaikan harga BBM, menurut beliau, pada dasarnya sama saja dengan menganjurkan impor BBM sebanyak-banyaknya!
Kalau Prof Widjajono sering mengajak saya bicara soal konversi gas, saya sering mengajak bicara beliau soal mobil listrik nasional. Termasuk perkembangan terakhirnya. Saya tahu konversi gas memang bisa dilakukan lebih cepat dari mobil listrik nasional. Namun, kami sepakat dua-duanya harus dijalankan. Kami juga sepakat bahwa upaya ini tidak mudah, tapi pasti berhasil kalau dilakukan dengan semangat Angkatan 45.
Saya bersyukur sempat menginformasikan perkembangan terakhir mobil listrik nasional. Ribuan email dan SMS mendukung dengan gegap-gempita kehadiran mobil listrik nasional itu. Dan yang secara serius mengajukan konsep, desain, dan siap memproduksikannya ada empat orang.
Saya sudah melakukan kontak intensif dengan empat orang tersebut. Saya juga sudah membuat grup email bersama di antara empat orang tersebut. Kami bisa melakukan rapat jarak-jauh membicarakan program-program ke depan. Tanggal 21 April kemarin, kami menyelenggarakan rapat sesuai dengan program semula, meski pun rapat itu berlangsung di dunia maya.
Empat orang tersebut adalah orang-orang muda yang luar biasa.
Ada nama Mario Rivaldi. Dia kelahiran Bandung, pernah kuliah di ITB, kemudian mendapat bea siswa kuliah di Jerman. Mario bahkan sudah melahirkan prototype sepeda motor listrik dan mobil listrik. Saya sudah pernah mencobanya di Cimahi. Mario sangat siap memproduksi mobil listrik nasional. Selama ujicoba itu tiga tahun terakhir, Mario bekerjasama dengan LIPI dan ITB.
Ada nama Dasep Ahmadi yang juga kelahiran Tanah Sunda. Dasep lulusan ITB (Teknik Mesin), yang kemudian sekolah di Jepang. Dasep pernah bekerja lama di industri mobil sehingga tahu persis soal permobilan. Kini Dasep mengembangkan industri mesin presisi dan memasok mesin-mesin untuk industri mobil. Dasep sangat siap melahirkan prototype mobil listrik nasional dalam dua bulan ke depan. Saat ini Dasep sedang mengerjakan mobil-mobil itu.
Ada nama Ravi Desai. Anak muda ini lahir di Gujarat, tapi sudah lama menjadi warga negara Indonesia. Dia lulusan universitas di India dan kini menekuni banyak bidang inovasi. Dia mendirikan D Innovation Center dengan fokus ke energi. Ravi juga menekuni DC dan AC drive dan sudah memasarkannya sampai ke luar negeri. Saat ini Ravi sedang mengerjakan dua contoh mobil listrik nasional dan sudah akan selesai dalam dua bulan mendatang.
Ada pula nama Danet Suryatama. Anak Pacitan ini setelah lulus ITS melanjutkan kuliah di Michigan, AS. Danet kemudian bekerja di bagian teknik pabrik mobil besar di Amerika Setikat, Chrysler, selama 10 tahun. Danet sangat siap memproduksi mobil listrik nasional. Saat ini, sambil mondar-mandir Amerika-Indonesia, Danet sedang menyelesaikan contoh mobil listrik nasional yang juga siap dikendarai dalam dua bulan ke depan.
Tentu saya bisa salah. Lantaran email yang masuk jumlahnya ribuan, mungkin saja ada nama-nama lain yang tidak kalah hebat dan siapnya namun terlewat dari mata saya. Untuk itu saya siap menerima koreksi dan nama susulan.
Kepada keempat orang itu saya juga sudah informasikan betapa besar perhatian Presiden SBY pada perencanaan mobil listrik nasional ini. Saya juga kemukakan suasana pertemuan antara Presiden SBY dan empat rektor perguruan tinggi terkemuka (ITB, UGM, UI, dan ITS) yang penuh dengan semangat.
Waktu itu para rektor menyatakan sangat mendukung kelahiran mobil listrik nasional ini dan memang sudah waktunya dilahirkan. Para rektor juga mengemukakan masing-masing perguruan tingginya siap memberikan dukungan apa saja.
Sebenarnya saya ingin menghadirkan Prof Widjajono dalam pertemuan dengan empat putra petir itu dalam waktu dekat. Tapi, Prof Widjajono lebih dulu meninggalkan kita. Meski begitu Prof, saya berjanji kepada Profesor akan tetap meng-emailkan hasil pertemuan dengan empat putra petir itu ke alamat email Anda yang pernah Anda berikan kepada saya. Saya juga berjanji akan mengirimkan foto-foto mobil listrik nasional itu nanti ke alamat email Anda. (*)

Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Friday, October 28, 2011

http://www.economist.com/node/18989153

Monday, August 23, 2010

IBUKOTA NEGARA MONUMENTAL

Dengan adanya pemikiran-pemikiran untuk memindahkan ibukota dari Jakarta, harusnya adalah suatu hal yang sejak lama dilakukan. Jakarta merupakan nenek-nenek renta yang harus memikul beban menjadi Bapak, Ibu, Anak, Penyanyi, Artis, Hakim, Polisi, Jaksa, Guru, tukang dll.

Ambil contoh di Amerika, Pusat ibukota negara adalah di Washington DC, pusat hiburan dan entertainment adalah di Los Angeles, pusat pendidikan di boston, pusat bisnis di New York, pusat hiburan di Las Vegas, pusat NASA di Palm Beach dan setiap kota di Amerika mempunyai karakter tersendiri yang tidak bisa dipisahkan dengan kondisi lokal historis dan geografis setempat.

Ibukota suatu negara semestinya adalah suatu kota yang sangat monumental, karena ia merupakan perwakilan suatu negara. Monumental dalam pengertian aturan dan hirarki tatanan kota, bangunan-bangunan yang berdiri di sekitarnya adalah khusus bangunan-bangunan yang berkaitan dengan kepemerintahan, tidak yang lain. Pusat-pusat organisasi masyarakat, pusat-pusat dan badan-badan masyarakat dan negara harusnya berada di sekitar pusat inti. Pusat inti ini terdiri dari 3 lembaga negara, Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Diantara ketiga inti ini, harus tercipta suasana yang sangat monumental yang diwakilkan oleh keberadaan plaza dan monumen-monumen yang menumbuhkan kebanggaan akan adanya suatu bangsa.

Jakarta telah tumbuh tidak menjadi suatu kota yang monumental, akan tetapi tumbuh menjadi kota yang sangat metropolis. adanya monumen-monumen di Jakarta tertelan oleh hiruk pikuk jaman yang mengutamakan kapitalisme dengan tumbuhnya bangunan-bangunan komersial menjulang tinggi. Hal ini telah mengecilkan arti Jakarta sebagai suatu Ibukota Negara.
Jakarta telah tumbuh menjadi Ibukota pemerintahan yang sangat merakyat (baca : kumuh, macet, tidak teratur), akan tetapi tidak tumbuh sebagai Ibukota Negara yang monumental. Ir. Soekarno telah meletakkan dasar-dasar Ibukota Negara yang monumental, akan tetapi sayangnya skala monumental tersebut terkikis oleh diperkenankannya bangunan-bangunan komersial mencemari area sekitar bangunan dan area monumental seperti monas dan jalan thamrin.

Untuk itu diperlukan suatu tempat di Indonesia untuk sekali mewujudkan semangat sebuah Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu, yaitu dengan membangun sebuah ibukota baru, dapat diletakkan di daerah yang menjadi pusat negara ini seperti yang diusulkan yaitu di kalimantan. Daerah Kalimantan yang cenderung rata dapat mewujudkan sebuah konsep ibukota yang mewakilkan 3 bagian pusat inti tersebut, dan memudahkan pelaksanaan dari segi kontur.